Arsip Tag: Syeikh Muhammad Mar’i al Amin al Antaki

Kedok Wahabi


Ashura Moment

Oleh Syeikh Muhammad Mar’i al Amin al Antaki (Qadi dan Mufti Suriah)

Kami mendengar dari orang Wahabi bahwa mereka melaksanakan hukum hudud dan hukum-hukum syara’ yang lain dengan sepenuhnya. Akhirnya kami berpindah ke Hijaz dan bersahabat dengan mereka beberapa kali. Tetapi, sayangnya kami dapati berita-berita yang telah sampai kepada kami dahulu dari Hijaz adalah bertentangan dengan hakikat yang sebenarnya. Karena Wahabi ternyata lebih membahayakan Islam daripada yang lain. Mereka telah mengkaburkan citra Islam dengan perbuatan-perbuatan dan fatwa-fatwa ulama mereka serta layanan mereka yang jahat terhadap itrah tahirah dengan merusak makam-makam mereka. Malah mereka telah mencoba untuk merusak makam Nabi yang suci SAWAW. Tetapi ditentang oleh kebanyakan Mukminin di Timur dan di Barat. Mereka tidak jadi melaksanakannya karena takut fitnah dan pemberontakkan. Perhatikanlah fatwa-fatwa mereka yang pelik berikut ini. Wahabi berkata:

“Apabila seorang haji atau seorang meletakkan tangannya di atas kubur, maka dia adalah musyrik (Dia dihampiri oleh seorang polisi Saudi seraya berkata: Angkatlah tangan anda wahai musyrik). Dan apabila seorang memegang kubur atau mengucupnya, atau mengambil berkat dengannya, maka dia adalah seorang musyrik (polisi akan memukulnya sambil berkata kepadanya: Jangan anda melakukannya wahai musyrik).

Demikianlah di antara fikiran-fikiran dangkal yang tidak sejajar dengan syariat Islam yang mulia, malah mereka sebenarnya melecehkannya. Di dalam khutbah-khutbah, mereka mengatakan amalan suci tersebut dengan perkataan: Wahai musyrik, wahai kafir, itu adalah pada peringkat pertama, jika tidak, darahnya halal dan wajib dibunuh sebagaimana yang telah dilakukan oleh Wahabi di Hijaz, di Iraq, dan lain-lain. Apakah pendapat kalian wahai kaum Muslimin di Timur dan di Barat tentang mazhab kotor yang baru direkayasa yang menentang Islam hakiki dan Muslimin selain daripada mereka? Maka kepada Engkaulah wahai Tuhan kami berlindung dari propaganda mereka.

Ringkasnya, apabila kami telah melihat perlakuan-perlakuan mereka, maka kami pun kembali ke negara kami. Dan meneruskan kerja kami yang dahulu. Disebabkan kami senantiasa di dalam keadaan syak kepada apa yang kami lihat tentang perselisihan-perselisihan yang berlaku di kalangan mazhab empat bersama khilafiah mereka sendiri. Kemungkinan hal itu adalah di antara sebab-sebab yang membawa kepada terjalinnya hubungan kami dengan golongan Syi’ah.

Siapakah Syi’ah?

Mereka itulah golongan yang benar dan yang terpilih daripada makhluk Allah. Golongan yang berjaya yang berpegang kepada wila’ Allah, RasulNya dan para imam yang suci daripada Ahlul-Baitnya SAWAW. Mereka mengetahui hak para imam mereka dengan sebenar-benarnya, mengetahui orang yang memusuhi mereka. Lalu memberikan setiap mereka hak mereka pula. Mereka menyembah Allah yang satu, tidak ada sekutu dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupaiNya. Mereka beriman dengan risalah Nabi yang teragung, Muhammad bin ‘Abdullah SAWAW.

Mereka beriman dengan bimbingan: [1] Imam Amiru l-Mukminin Abu l-Hasan Ali bin Abi Thalib, al-Murtadha (Lahir 23 tahun sebelum Hijrah, wafat 40H./601-661M), [2] Abu Muhammad Hasan bin ‘Ali, al-Mujtaba (3-50H/625-670M), [3] Abu ‘Abdullah Husain bin Ali, Saiyyidu sy-Syuhada'(4-61H/626-680M), [4] Abu l-Hasan ‘Ali bin Husain, Zaina l-‘Abidin (38-95H/658-713M), [5] Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali, al-Baqir (57-114H/478-732M), [6] Abu ‘Abdillah J’afar bin Muhammad, al-Sadiq (83-148H/702-765M), [7] Abu l-Hasan Musa bin Ja’far, al-Kazim (128-183H/745-799M), [8] Abu l-Hasan ‘Ali bin Musa, al-Ridha, [9] (148-203H/732-818M), [10] Abu Ja’far Muhammad bin ‘Ali, al-Taqiyy al-Jawad (195-220H/810-835M), [11] Abu l-Hasan ‘Ali bin Muhammad, al-Hadi al-Naqiyy (212-254H/827-868M), [11] Abu Muhammad Hasan bin ‘Ali, al-Zakiyy al-‘Askari (232-260H/846-870M), dan [12] Abu l-Qasim Muhammad bin Hasan, al-Mahdi al-Muntazar.

Syi’ah mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, khumus, mengerjakan haji, berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka sebagaimana diperintahkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak takut karena Allah terhadap celaan orang yang mencela. Menyuruh perkara baik dan mencegah kemungkaran. Bersegera kepada kebaikan, melakukan kewajipan dan menegah segala yang diharamkan.

Syi’ah Adalah Golongan Yang Berjaya

Sebab kejayaan golongan ini disamping apa yang telah disebutkan, tak lain keistimewaannya dibanding semua golongan Islam sebagaimana sabda Nabi SAWAW:”Umatku akan berpecah kepada 73 golongan semuanya ke neraka melainkan satu golongan saja.” Kita dapati bahwa umat Islam semuanya mengucap: La-illaha illa lah Muhammadun Rasulullah. Sekiranya kita berkata: Semuanya berjaya, niscaya kita mengingkari hadith ini. Dan jika kita berkata: Semuanya binasa, niscaya kita pun mengingkari hadith tersebut. Lantaran itu golongan yang berjaya adalah golongan yang berpegang kepada Ahlu l-Bait Rasulullah SAWAW. Dan dalil kejayaannya ialah wujudnya dalil-dalil daripada al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAWAW di kedua-dua pihak Sunni dan Syi’ah.

Karena itulah golongan yang berjaya mesti mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh semua golongan yaitu al-Wila’ (mewalikan Ahlu l-Bait AS) dan al-Bara’ (membersihkan diri dari musuh Ahlu l-Bait AS). Mereka juga percaya kemaksuman para imam mereka. Dengan nama Tuhan wahai pembaca yang insaf, mulia dan mukmin. Adakah dikatakan kepada orang seperti itu kafir, musyrik, murtad dan halal darah mereka? Dikaitkan kepada mereka dengan segala tuduhan dan fitnahan yang penuh dengan kebatilan, pembohongan yang diciptakan dan kata-kata yang bohong dan keji sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibn Taimiyyah, Ibn Hajr al-Haithami, al-Qusaimi, al-Hafnawi, Musa Jarullah, Ahmad Amin, al-Jabhani, dan lain-lain. Begitu juga dengan Syaikh Nuh yang telah memberi fatwa kekafiran Syi’ah, pembunuhan mereka, perampasan harta mereka dan lain-lain. Dia mengakhiri fatwanya yang panjang dengan kata-katanya: “Sama saja mereka bertaubat ataupun tidak”. Lihatlah fatwanya yang ditulis oleh Imam Syarafuddin di dalam bukunya Fusul al-Muhimmah Bab Sembilan. Tidakkah Anda mengetahui wahai pembaca yang budiman apakah dosa Syi’ah? Adakah disebabkan mereka tidak mengiktiraf khilafah selain dari para imam mereka atau karena mereka berkata: Khilafah adalah untuk mereka dari awal kerasulan Muhammad SAWAW hinggalah keakhirnya dunia. Maka dengan nama Tuhan kalian katakanlah: Adakah dosa ini menyebabkan kekafiran dan kemurtadan? La haula wala Quwwata illa bi llah.

Sumber: Limadha Akhtartu Madhhab Ahlul-Bait AS karya Oleh Syeikh Muhammad Mar’i al-Amin al-Antaki [Edisi Pertama, Cetakan Halab, Syiria, 1402 H].