Arsip Tag: news

Hipokritas Kelompok Westernist Indonesia


Oleh: Sulaiman Djaya – https://liputan9.id/hipokritas-kelompok-westernist-indonesia/

Yang dimaksud kaum westernist adalah mereka yang mengidap inferioritas post-colonial (minder dan rendah diri warisan akibat penjajahan), entah mereka sarjana atau bukan. Bahasa sederhananya adalah mereka yang kehilangan jatidiri dan tercerabut dari komunitas di mana mereka dilahirkan. Biasanya mereka gampang bersuara tentang apa saja yang menurut mereka tidak sesuai dengan cakrawala dan perspektif Western yang mereka imani dan pada saat yang sama mereka bisu ketika ‘disuguhi’ fakta yang acapkali lebih gamblang dan tidak minor tentang kejahatan dan standar ganda Barat.

Sebagai contoh, saat ini, terkait konflik Palestina melawan penindasan dan penjajahan Israel, mereka akan memilih opsi koloanialis Barat: solusi dua Negara. Padahal solusi dua Negara adalah sekedar preseden saja untuk melegitimasi eksistensi entitas kolonialis bernama Israel. Sebuah entitas yang didirikan di atas dasar rasialisme kebangsaan (kesukuan) dan ekstrimisme keagamaan. Dan di saat yang sama, ketika mereka mengklaim sebagai para pembela HAM, justru diam atas genosida terhadap warga Gaza oleh militer Israel.

Di Indonesia, seperti telah disinggung, kaum westernist tak ragu lagi menyamarkan diri mereka sebagai aktivis feminis, pembela HAM dan demokrasi, tetapi seperti yang telah kita maklumi, mereka tentu akan diam ketika mendapati dan melihat tirani, genosida, dan pelanggaran HAM berat yang dilakukan Barat, seperti yang dilakukan militer Israel di Gaza, Palestina. Begitu pula, tidak usah heran, bila di negeri ini, kaum westernist ada yang doktor bahkan professor lulusan luar negeri, semisal alumni universitas-universitas di Amerika, karena Westernism diindoktrinasi pula ke kepala-kepala bangsa-bangsa bekas jajahan melalui pendidikan dan universitas.   

Secara hipotesis, kaum westernist memang dilahirkan dan diciptakan oleh tahun-tahun panjang kolonialisme, termasuk di negeri kita. Masa-masa ketika jiwa pribumi didoktrin dan ditundukkan menjadi orang-orang inferior melalui perangkat-perangkat sosial-politik yang dipaksakan sang kolonial. Dan sekarang, instrumentnya yang paling halus tapi paling canggih adalah pendidikan, beasiswa dan universitas. Melalui globalisasi ideologi dan pemikiran Barat.

Mereka kemudian kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder untuk menyelami dan menggali, memahami dan mempelajari kecerdasan religius dan kearifan lokal komunitas dan masyarakat mereka sendiri. Dalam beberapa hal dan beberapa kasus, mereka juga anti tradisi, buah dari indoktrinasi halus lewat pemikiran: semisal liberalisme Barat. Dan yang paling parah dari mereka kemudian, sebagaimana halnya kaum Zionis Sawo Matang, mereka bahkan tidak malu-malu menunjukkan diri pro-Israel, yang jelas-jelas melakukan genosida.

Keberadaan kaum westernist ini berbahaya jika eksistensi mereka semakin banyak, bagi generasi muda, karena penyakit mereka bisa menular dan memapar dalam jiwa dan pikiran generasi masa depan bangsa. Sebagai contoh, dengan kapasitas yang belum teruji, seperti belum terbukti sebagai mujtahid, mereka bicara seenaknya tentang tafsir mereka atas nama agama dan tentang masalah-masalah pelik keagamaan. Hasilnya adalah fitnah. Mereka tercuci otaknya dengan slogan ‘kebebasan berpikir’ tanpa menyadari tidak semua orang bisa berpikir tepat dan benar.

Terkait konflik Palestina dan Israel, contohnya, mereka bahkan menyalahkan Hamas dan tidak sungkan-sungkan membeo Barat dengan menyebut Hamas sebagai teroris. Padahal Hamas didukung mayoritas warga Palestina dan terbukti sebagai para pejuang yang tidak menyalahgunakan warga sipil dan bahkan memperlakukan tawanan dengan welas asih. Sementara sebaliknya, Israel jelas-jelas terbukti menyiksa para tahanan dan melakukan genosida. Menyerang fasilitas umum seperti rumah sakit, puskesmas hingga tempat ibadah. Hingga Israel dan Barat menyebarkan hoax tentang Hamas, karena kehabisan alasan yang rasional dan tidak memiliki fakta. Sungguh memalukan!

Jurnalis BBC, Jeremy Bowen, sampai dipecat karena menyatakan dengan jujur bahwa Hamas tidak terbukti menyalahgunakan warga sipil sebagai tameng atau perisai. Konon, pemecatan itu dilakukan atas desakan lobby Israel dan Amerika dengan dalih ‘sebuah kecenderungan mendukung organisasi teroris’. Yang lebih miris lagi, yang kemarin disebut buya, yang kemudian diplesetkan jadi buaya oleh netizen, juga menyudutkan Hamas yang memiliki hak untuk memperjuangkan kembali semua yang dijarah Israel yang didukung Amerika dkk (Barat). Adalah wajar bila timbul kesan bahwa kaum westernist itu memang proksi politik dan corong propaganda hasrat invasif Barat (Amerika, Israel, NATO dkk). Dan ciri juga penanda yang paling menarik adalah mereka akan segera ikut menyuarakan apa saja yang disuarakan media mainstream Barat, semisal pada kasus dan insiden Mahsa Amini beberapa waktu yang lalu, sementara mereka diam membisu atas penindasan dan aniaya yang dilakukan Israel, hingga pembunuhan para jurnalis, perempuan, lansia dan anak-anak. Sungguh miris dan memprihatinkan!